![]() |
Santri Ikut Ngecor Pondok Pesantren Jadi Sorotan, Gus Miftah: Itu Bentuk Mencari Berkah. (Foto: X/CakKhum) |
NEXZINE.ID - Belakangan ini media sosial dihebohkan dengan video puluhan santri yang ikut mengecor bangunan pondok pesantren. Aksi tersebut ramai diperbincangkan publik karena dianggap tidak layak dan menuai pro dan kontra di kalangan netizen.
Fenomena ini mencuat setelah tragedi runtuhnya musala Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, pada Senin (28/9/2025) lalu. Menurut data BNPB awal Oktober, terdapat 171 korban terdampak, dengan 67 meninggal dunia dan 104 orang selamat.
Usai insiden itu, muncul pengakuan orang tua korban yang menyebut sang anak sempat diminta ikut membantu pekerjaan pengecoran bangunan pondok. Tak lama berselang, video serupa dari pondok lain yang memperlihatkan para santri ikut ngecor juga viral di platform X (Twitter).
Pro dan Kontra di Kalangan Netizen
Beredarnya video tersebut membuat publik terbagi menjadi dua kubu. Sebagian netizen menilai aktivitas itu tidak aman dan seharusnya dikerjakan oleh tenaga profesional, sementara sebagian lain menganggapnya sebagai bentuk gotong royong khas pesantren.
Ratusan komentar membanjiri unggahan video di X. Tak sedikit yang menyindir bahwa para kiai hidup mewah, sementara santri disuruh “nguli” membangun pondok.
Gus Miftah: “Itu Bukan Nguli, tapi Tabarrukan”
Menanggapi kontroversi tersebut, Gus Miftah akhirnya angkat bicara melalui acara Mujahadah Dzikrul Ghofilin di Ponpes Ora Aji, Sleman, Yogyakarta, Sabtu (11/10/2025).
Menurutnya, fenomena santri ikut membantu pembangunan pondok bukanlah eksploitasi, melainkan tradisi lama yang disebut “Ro’an” bentuk kerja bakti santri sebagai tabarrukan (mencari keberkahan).
“Kok sekarang ada yang bilang ‘di ponpes stop nguli’. Semua bangunan pasrahkan ke tukang. Orang yang pernah mondok tidak akan pernah mengatakan itu nguli. Ro’an itu bukan nguli, tapi tabarrukan, ngalap berkah,” ujar Gus Miftah.
Ia menegaskan bahwa kegiatan tersebut bukan kewajiban dari kiai, melainkan inisiatif santri sendiri.
“Itu bukan perintah, tapi keinginan para santri. Orang yang mengatakan kerja bakti di pondok itu nguli, saya pastikan orang itu nggak pernah mondok,” tambahnya.
Pondok Al Khoziny dan Jejak Tokoh Besar
Dalam kesempatan yang sama, Gus Miftah juga menyinggung tentang Ponpes Al Khoziny Buduran, tempat musibah terjadi. Ia menyebut pondok tersebut memiliki sejarah panjang dan telah melahirkan tokoh besar bangsa, di antaranya KH Hasyim Asy’ari, Mbah Kholil, dan Mbah Wahab — tokoh penting dalam pendirian Nahdlatul Ulama (NU).
“Saya malu ada yang bilang kiai naik Pajero, Bu Nyai naik Alphard, santri disuruh nguli. Itu bahasa yang nggak pernah mondok. Pondok seperti Al Khoziny itu tempat lahirnya ulama besar,” tegasnya.
Video Gus Miftah Viral di Media Sosial
Potongan video pernyataan Gus Miftah itu kemudian viral di platform X setelah diunggah oleh akun @CakKhum. Dalam waktu singkat, video tersebut mendapat ratusan retweet dan komentar.
Sebagian netizen mendukung pandangan Gus Miftah, menilai bahwa nilai gotong royong dan kebersamaan santri memang menjadi ciri khas kehidupan pesantren. Namun, ada pula yang tetap menilai kegiatan fisik berat seperti ngecor sebaiknya dilakukan oleh tenaga ahli demi keselamatan.
Fenomena santri ikut “ngecor” pondok pesantren menjadi refleksi menarik tentang kebudayaan dan semangat kebersamaan di dunia pesantren. Meski menuai kritik, Gus Miftah menegaskan bahwa niat utama para santri bukanlah bekerja seperti buruh bangunan, melainkan berpartisipasi dalam ibadah dan mencari berkah.