![]() |
| Bantuan untuk Korban Bencana di Taput dan Sibolga Dilempar dari Helikopter, Beras Hancur dan Warga Kecewa. (Foto: Ist/nexzine) |
NEXZINE.ID - Penyaluran bantuan untuk korban bencana di Kabupaten Tapanuli Utara (Taput) dan Kota Sibolga menuai kritik tajam. Sejumlah paket beras dan sembako yang dijatuhkan dari helikopter dilaporkan hancur saat menyentuh tanah, membuat warga mempertanyakan efektivitas dan prosedur pendistribusian melalui udara tersebut.
Warga menemukan banyak kemasan bantuan dalam keadaan robek, beras pecah, hingga tercecer di sekitar permukiman yang terdampak bencana. Kondisi ini membuat bantuan yang seharusnya menyelamatkan justru tidak bisa dimanfaatkan sepenuhnya.
“Kalau memang helikopter tak bisa mendarat, setidaknya turunkan lebih dekat atau pakai tali. Biar tidak hancur, tidak mubazir,” keluh seorang warga yang terlihat memunguti sisa beras di lokasi pendaratan bantuan.
Warga Menilai Cara Penyaluran Tidak Efektif
Cara pendistribusian bantuan yang hanya dilemparkan dari udara ini memunculkan berbagai komentar bernada kecewa. Beberapa warga mengira paket bantuan akan dijatuhkan menggunakan parasut, sementara lainnya menyebut metode tersebut lebih mirip cara penyaluran dalam kondisi perang.
“Sayang sekali, pilot dan krunya ini orang baru, ya?” tulis seorang warganet menanggapi viralnya video kejadian tersebut di media sosial.
Komentar lain juga turut menyoroti minimnya evaluasi dari pihak terkait.
“Sudah sering kirim bantuan lewat udara, kok masih seperti ini. Tidak belajar dari pengalaman?” ujarnya.
Lebih keras lagi, ada warga yang mengecam tindakan tersebut dan menganggapnya tidak manusiawi.
“Ini bukan perang. Kok kayak kolonial Belanda saja ngasih bantuan dilempar begitu?” ucap seorang warga yang kesal melihat kondisi bantuan yang hancur.
Kritik Publik Mengarah pada Pemerintah
Selain menyoroti teknis lapangan, sebagian komentar menilai pemerintah kurang memperhatikan kualitas pendistribusian bantuan. Warga mempertanyakan alasan tidak menggunakan tali, alat bantu, atau metode lain yang lebih aman.
“Kenapa tidak pakai tali saja? Apa memang tidak dipikirkan dulu sebelum bertindak?” tulis seorang warga di media sosial.
Namun, ada pula suara yang mencoba melihat situasi dengan lebih bijak.
“Maksudnya ingin cepat membantu, tapi semua butuh proses dan pembelajaran,” komentar seorang warga lainnya.
Tuntutan Perbaikan Mekanisme Bantuan
Di tengah banjir kritik, publik berharap pemerintah segera mengevaluasi mekanisme penyaluran agar kejadian serupa tidak terulang. Warga menegaskan bahwa bantuan yang diberikan harus sampai dalam kondisi baik, terutama mengingat situasi darurat yang mereka hadapi.
Kekecewaan masyarakat tetap mengemuka, lantaran bantuan yang seharusnya menyelamatkan justru rusak sebelum bisa dimanfaatkan.
Pemerintah diharapkan segera memberikan penjelasan resmi dan memastikan metode distribusi yang lebih aman dan layak bagi warga terdampak bencana.
