![]() |
| Susu Gratis Program MBG Tunjukkan Kandungan Susu Segar Hanya 50 Persen. (Foto: TT/cottoncandy0029) |
NEXZINE.ID - Program susu gratis MBG kembali menjadi sorotan publik setelah warganet membagikan foto kemasan susu yang digunakan dalam program tersebut. Perhatian masyarakat tertuju pada keterangan komposisi produk yang tercantum langsung pada label kemasan.
Dalam foto yang beredar di media sosial, terlihat kemasan bertuliskan “Susu Sekolah – Susu Gratis Program MBG” dengan keterangan tidak untuk diperjualbelikan. Produk tersebut berisi 125 ml dan diproduksi oleh PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Co. Tbk.
Komposisi Tertulis di Kemasan
Berdasarkan label komposisi yang tercantum di sisi kemasan, susu tersebut mengandung:
- Susu sapi segar (50%)
- Susu rekombinasi (49%)
- Penstabil nabati
- Tanpa pengawet
Keterangan ini memicu perdebatan di kalangan warganet, terutama setelah sebuah unggahan TikTok dari akun @cottoncandy0029 mengulas detail tulisan pada kemasan tersebut.
“Susu gratis program MBG katanya, tapi tulisannya kecil sekali susu UHT full cream rekombinasi” ujar akun tersebut dalam unggahannya.
Warganet Bandingkan dengan Produk di Pasaran
Dalam unggahannya, pemilik akun mempertanyakan alasan pemilihan susu rekombinasi dalam program MBG. Ia menilai, di pasaran telah tersedia produk susu dengan kandungan 100 persen susu segar, sementara susu dalam program MBG justru mengombinasikan susu segar dan susu rekombinasi.
Warganet juga menyoroti fakta bahwa produsen susu MBG merupakan perusahaan yang sama dengan produsen susu UHT 100 persen susu segar yang telah lama beredar di pasaran.
Unggahan tersebut kemudian menuai beragam respons. Sebagian warganet mempertanyakan standar kualitas dan tujuan awal program, sementara lainnya menilai susu rekombinasi tetap memenuhi standar konsumsi selama sesuai regulasi.
Belum Ada Penjelasan Resmi
Hingga berita ini ditulis, belum terdapat klarifikasi resmi dari pihak pengelola program MBG maupun produsen terkait alasan pemilihan komposisi susu tersebut.
Isu ini menambah diskursus publik mengenai transparansi informasi dan kualitas produk dalam program bantuan yang menyasar anak sekolah. Pengamat menilai, keterbukaan informasi menjadi kunci untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap program publik.
