![]() |
Dampak Bahasa Gaul terhadap Bahasa Indonesia di Kalangan Gen Z. (Foto: Freepik) |
NEXZINE.ID - Dalam era digital yang serba cepat, penggunaan bahasa mengalami transformasi besar. Salah satu fenomena yang mencolok adalah menjamurnya bahasa gaul di kalangan Generasi Z—mereka yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012. Dari media sosial hingga percakapan sehari-hari, istilah seperti "healing", "bestie", "ngab", hingga "gaskeun" telah menjadi bagian dari kosakata mereka.
Fenomena ini tidak sekadar tren sesaat, melainkan bagian dari evolusi bahasa yang mencerminkan dinamika sosial, budaya, dan teknologi. Namun, muncul pertanyaan penting: apa dampak bahasa gaul terhadap Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional?
Apa Itu Bahasa Gaul?
Bahasa gaul adalah bentuk bahasa tidak resmi yang digunakan dalam konteks informal, terutama oleh anak muda. Istilah ini mencakup berbagai sumber seperti:
- Singkatan atau akronim (contoh: "OTW" dari "on the way")
- Serapan bahasa asing (contoh: "cringe", "insecure", "healing")
- Permainan bunyi atau ejaan (contoh: "ciyus", "gaje", "ngab")
- Kata yang viral dari media sosial atau selebgram
Bahasa gaul biasanya berkembang cepat, sangat dipengaruhi oleh tren digital, dan memiliki siklus hidup yang singkat.
Mengapa Bahasa Gaul Diminati oleh Generasi Z?
Menunjukkan Identitas Sosial
Bahasa gaul memberi Generasi Z cara untuk merasa “terhubung” satu sama lain. Ini menjadi simbol kekinian dan aktualisasi diri dalam komunitas digital.
Pengaruh Media Sosial
Platform seperti TikTok, Instagram, dan Twitter mempercepat penyebaran kata-kata baru. Kreator konten dan influencer berperan penting dalam mempopulerkannya.
Efektivitas dan Kepraktisan
Bahasa gaul sering kali lebih ringkas dan ekspresif. Contohnya, “bucin” jauh lebih menggambarkan seseorang yang sedang tergila-gila cinta daripada kata "budak cinta" itu sendiri.
Dampak Positif Bahasa Gaul terhadap Bahasa Indonesia
Inovasi Linguistik
Bahasa gaul mencerminkan kreativitas berbahasa. Anak muda mampu menciptakan kosakata baru yang menyegarkan dan sesuai dengan konteks zamannya.
Pemersatu Generasi
Bahasa gaul menjadi jembatan komunikasi antarpemuda dari berbagai daerah dan latar belakang. Ini mempererat solidaritas dalam kelompok usia yang sama.
Adaptasi Budaya
Penggunaan istilah asing dalam bahasa gaul menunjukkan bahwa Bahasa Indonesia terus berkembang dan adaptif terhadap perubahan zaman.
Dampak Negatif Bahasa Gaul terhadap Bahasa Indonesia
Mengaburkan Kaidah Bahasa Baku
Penggunaan bahasa gaul secara berlebihan bisa mengikis pemahaman terhadap struktur Bahasa Indonesia yang benar. Misalnya, kata "kepo" lebih dikenal daripada "penasaran".
Penurunan Kemampuan Menulis Formal
Generasi Z yang terlalu terbiasa dengan bahasa gaul mungkin mengalami kesulitan saat menulis esai akademik atau surat resmi.
Perubahan Makna Kata
Beberapa istilah mengalami pergeseran makna dari aslinya. Contohnya, kata "santuy" yang merupakan plesetan dari "santai", tapi digunakan dalam konteks berbeda.
Bagaimana Menyikapi Fenomena Ini?
Edukasi Bahasa Seimbang
Penting untuk membekali Generasi Z dengan pemahaman bahwa bahasa gaul boleh digunakan dalam konteks informal, namun Bahasa Indonesia baku tetap diperlukan dalam ranah akademik, profesional, dan kenegaraan.
Peran Guru dan Orang Tua
Mereka harus menjadi teladan dalam penggunaan bahasa yang baik serta mengajarkan kapan dan di mana penggunaan bahasa gaul diperbolehkan.
Literasi Digital
Mengajarkan anak muda tentang dampak bahasa terhadap budaya dan identitas nasional juga bisa dilakukan melalui konten edukatif di media sosial.
Bahasa gaul merupakan bagian tak terpisahkan dari dinamika bahasa di era digital. Meskipun memiliki dampak positif dalam hal kreativitas dan ekspresi diri, perlu ada kesadaran untuk tetap menjaga Bahasa Indonesia agar tidak tergerus arus zaman. Generasi Z bukan hanya penerus bangsa, tapi juga penjaga warisan bahasa dan budaya.
Dengan edukasi yang tepat, kita bisa mengarahkan penggunaan bahasa gaul menjadi pelengkap, bukan pengganti Bahasa Indonesia.
***